AQLNews.id – Jakarta, Semakin banyak cara untuk meningkatkan kolaborasi antar karyawan di suatu perusahaan, yang dimungkinkan dengan teknologi.
Hal ini telah mengubah cara pandang kita tentang perusahaan modern. Kombinasi antara alat-alat bisnis konvensional dengan media sosial, memungkinkan perusahaan mendorong perubahan kultur ke arah yang lebih positif.
Kombinasi ini mampu meningkatkan kinerja serta keterlibatan karyawan di berbagai proses bisnis, yang pada akhirnya melahirkan berbagai inovasi.
Disinilah dimana para pemimpin bisnis harus mampu memanfaatkan berbagai cara dan alat yang dapat meningkatkan kolaborasi antar karyawan, demi terciptanya aktivitas operasional bisnis yang lebih optimal.
Dengan semakin meningkatnya akses langsung ke informasi dan penggunaan teknologi, para karyawan pun menuntut aksesibilitas yang serupa. Jika para pemimpin mampu mengakomodir harapan tersebut dengan menyediakan berbagai alat kolaborasi yang sesuai, maka iklim perusahaan yang lebih kondusif untuk meningkatkan kolaborasi antar karyawan dapat tercipta.
Iklim yang kondusif ini pada akhirnya juga dapat meningkatkan kinerja karyawan. Bagaimana caranya?
Jawabannya adalah dengan menghadirkan berbagai proses kolaborasi yang terjadi secara offline ke ranah online. Contohnya adalah jejaring sosial. Melalui alat ini, seluruh informasi yang sebelumnya hanya dikirimkan melalui email / surat fisik / pembicaraan secara individual, sekarang dapat diakses oleh karyawan dan dibahas bersama di suatu tempat yang sudah dijadwalkan.
Kanal diskusi ini memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar antar karyawan yang merupakan elemen penting dari kultur perusahaan.
Tren yang terjadi di perusahaan modern saat ini adalah meningkatnya adopsi lingkungan kerja yang terbuka dan fleksibel, demi meningkatkan keakraban serta kolaborasi tatap muka antar karyawan, serta mendorong terjadinya proses pembelajaran.
Hal ini sejalan dengan data dari ‘Workplaces of the Future’, yang menyatakan bahwa perusahaan harus mampu menyediakan lingkungan yang kondusif untuk saling mengakrabkan diri, berkolaborasi, dan bahkan bergosip agar dapat meningkatkan produktivitas dan mendorong lahirnya inovasi.
Metode tersebut memang mampu mendorong terjadinya diskusi pembelajaran dan meningkatkan keakraban antar karyawan. Namun sayangnya, metode ini juga membatasi kesempatan karyawan untuk menyerap berbagai informasi dan pengetahuan yang telah dibagikan.
Penyerapan informasi dan pengetahuan sejatinya adalah manfaat utama dari kolaborasi sosial. Bahkan berbagai perusahaan di singapura sudah menganggap penting hal tersebut, mengingat saat ini terjadi jurang pengetahuan yang besar antar generasi di perusahaan.
Jurang tersebut timbul karena generasi ‘baby boomers’ mulai memasuki masa pensiun, sedangkan generasi ‘X’ kini mulai memegang peranan penting di perusahaan, dan generasi penerusnya yaitu ‘millennial’ masih duduk di bangku sekolah.
Proses regenerasi dan jauhnya perbedaan waktu dengan generasi penerusnya, yang tentunya juga terjadi di banyak negara, membuat bagian SDM semakin membutuhkan satu platform yang dapat melancarkan transisi ini.
Keadaan tersebut menuntut bagian SDM untuk mampu menjadi inisiator perubahan di dalam lingkungan kerja dan menerapkan strategi baru guna meningkatkan proses bisnis. Oleh karena itu, penerapan strategi dan alat kolaborasi sosial mulai dianggap penting.
Langkah awal yang dapat dilakukan adalah fokus pada alat kolaborasi sosial yang sudah umum digunakan oleh generasi saat ini dalam kehidupan sehari-hari dan memikirkan strategi untuk menerapkan konsep tersebut ke dalam lingkungan kerja.
Berdasarkan tren penggunaan media sosial oleh konsumen di seluruh dunia, bersosialisasi dan saling berbagi satu sama lain secara online menjadi bagian dari kehidupan manusia. Melihat dari sudut pandang bisnis, social sharing dan kolaborasi real-time mampu meningkatkan produktivitas.
Hal ini disebabkan karena platform sosial membantu setiap karyawan dan tim di dalam perusahaan untuk lebih berinteraksi dan berkolaborasi sehingga menjadi lebih produktif.
Social sharing menyediakan kesempatan bagi setiap karyawan untuk dapat berkontribusi semaksimal mungkin terhadap tim. Selain itu, diskusi terbuka yang terjadi di dalamnya membuat karyawan dapat lebih terlibat dalam suatu masalah. Semua elemen tersebut sangatlah penting untuk menanamkan sebuah budaya kolaborasi yang lebih erat antar karyawan.
Agar dapat mengoptimalkan seluruh elemen di atas, bagian SDM sebaiknya bekerja sama dengan departemen IT untuk memastikan bahwa seluruh informasi yang dibagikan tersebut adalah informasi yang tepat.
Oleh karena itu Mimin hadir untuk menjadi solusi tersebut, Mimin adalah platform chat commerce yang memiliki banyak fitur untuk mendukung kemudahan komunikasi perusahaan dengan pelanggan yang terjalin dari penggunaan channel obrolan/chat, private message di social media (Facebook, Twitter, Instagram) untuk kemudahan dalam proses transaksi bisnis.
Mimin dapat digunakan oleh semua jenis bisnis baik UMKM, Retail maupun B2B skala besar lainnya. Dengan penggunaan Mimin, perusahaan dapat menyimpan semua akses informasi pelanggan mulai dari proses negosiasi, pemesanan, pelacakan hingga barang diterima oleh pelanggan. Mimin juga dapat melakukan automasi marketing campaign yang lebih tertarget untuk membantu meningkatkan penjualan atau performa bisnis.