Menu

Mode Gelap
Raffi Ahmad Minta Warga Bogor Selatan Pilih Ryan Sulistijo jadi Anggota DPRD Tebus Sembako Murah Rp5000, Aksi CDGM TKRPP Kota Bogor Bareng Relawan Ganjar Membludak Ganjar Canvasing Day, TKRPP Kabupaten Bogor Bareng Relawan Blusukan Ke Kampung – Kampung Yonif 751/VJS Bareng Pemuda Panca Marga Berikan Penyuluhan Bela Negara Theo Lantik LPM se Bogor Tengah, Eko Prabowo Pesan Jaga Netralitas di Tahun Politik

Bisnis · 27 Feb 2023 13:36 WIB

Petani Sawit RI Bernasib Nelangsa, Ini Biang Keroknya


 Petani Sawit RI Bernasib Nelangsa, Ini Biang Keroknya Perbesar

Jakarta, AQLNews.id – Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat Manurung mengeluhkan lonjakan harga pupuk yang gila-gilaan, bahkan sampai 300%.

Akibatnya, produktivitas tanaman kelapa sawit di dalam negeri anjlok.

“Produktivitas akan turun, hubungannya dengan harga pupuk naik. Jadi saya lihat di sini itu produktivitas menurun, iya, karena kami tidak memupuk tahun lalu. Pupuk naik 300% itu pasti,” kata Gulat usai pembukaan Rakornas Kelapa Sawit 2023 di Jakarta, Senin (27/2/2023).

Selain itu, Gulat menyampaikan, semakin menurunnya produktivitas juga karena minimnya peremajaan kebun alias replanting.

Padahal, ujarnya, ada alokasi dana sebesar Rp5,4 triliun untuk peremajaan sawit rakyat. Namun, yang terpakai hingga saat ini hanya Rp500-an miliar.

Dana itu berasal dari pungutan ekspor sawit yang dikelola Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

“Produktivitas itu akan meningkat kalau diganti dengan tanaman baru. Namun untuk tanaman yang lama itu banyak yang tidak mendapatkan pupuk,” katanya.

“Petani sawit butuh perhatian, persyaratan-nya (untuk itu peremajaan kebun) dipermudah. Uang itu bukan APBN, itu uang petani yang dikumpul oleh BPDPKS. Jadi kenapa kami dipersulit? Presiden Jokowi harus melihat ini suatu tantangan untuk mencapai apa yang dimaksud dia untuk peremajaan sawit itu,” tukasnya.

Dengan replanting, kata Gulat, produktivitas petani sawit bisa melonjak hingga berlipat-lipat.

“(Saat ini) Hasil per hektare cuma 800 kg TBS (tandan buah segar) per hektare. Kalau diganti (replanting) jadi 3,5 ton. 3.500 kg per hektare per bulan, jauh sekali. Tidak pilihan lain, harus replanting,” katanya.

“Karena petani generasi pertama itu bibitnya nggak jelas, jarak tanaman kacau balau. Dengan replanting, sekitar 3 tahun, rata-rata hasilnya bisa 2,5 ton per bulan. Usia tanaman 5 tahun bisa 3,5 ton per hektare dengan rendemen rata-rata 28%, dari saat ini baru 18%,” pungkas Gulat.

Artikel ini telah dibaca 28 kali

badge-check

Jurnalis

Baca Lainnya

Komitmen Mendukung Masyarakat, PNM Kembali Berangkatkan Ratusan Pemudik BUMN 2025

27 March 2025 - 16:08 WIB

Komitmen Mendukung Masyarakat, PNM Kembali Berangkatkan Ratusan Pemudik BUMN 2025

Kolaborasi PNM dan Kementerian UMKM Perkuat Literasi Usaha Nasabah

14 March 2025 - 13:07 WIB

Kolaborasi PNM dan Kementerian UMKM Perkuat Literasi Usaha Nasabah

Cara Memimpin dan Mengorganisir Tim Event Organizer Agar Acara Bisa Berjalan Dengan Sukses

18 February 2025 - 12:30 WIB

Cara Memimpin dan Mengorganisir Tim Event Organizer Agar Acara Bisa Berjalan Dengan Sukses

5 Peran dan Tanggung Jawab Ticketing Event Staff

18 February 2025 - 12:04 WIB

5 Peran dan Tanggung Jawab Ticketing Event Staff

Mengenal Lebih Dalam Perbedaan SPG dan Usher dalam Event

17 February 2025 - 11:12 WIB

Peran dan Tanggung Jawab Liaision Officer dalam Sebuah Event

17 February 2025 - 09:54 WIB

Trending di Bisnis