Jakarta, AQLNews.id – Nilai tukar rupiah melemah sepanjang pekan ini. Surplus transaksi berjalan belum mampu melawan dolar Amerika Serikat yang didorong oleh The Fed.
Ketidakpastian ekonomi global dan ancaman resesi menghantui berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Berbagai sektor industri dan negara pun mulai berjaga-jaga, dan mempersiapkan diri untuk menghadapi ancaman ini.
Di tengah pesimisme ini, ekonomi Indonesia dinilai masih cukup tahan banting dan aman dari jurang resesi. Hal ini tercermin dari angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 sebesar 5,31%, lebih tinggi dibandingkan 2021 sebesar 3,7%.
Bahkan, ekonomi Indonesia disebut bersiap ‘tancap gas’ dan pulih dengan cepat tahun ini. Dunia usaha dan konsumen tanah air pun mulai percaya diri untuk meningkatkan ekspansi dan konsumsinya. Hal ini tercermin dari Indeks Kepercayaan Konsumen, indeks manufaktur, dan kinerja emiten sepanjang tahun lalu.
Meski demikian, para investor dinilai masih wait and see pada kondisi saat ini, serta mencermati peluang dan tantangan di tengah ketidakpastian ini.
Pasalnya, kondisi ini tidak hanya mempengaruhi investor institusi, melainkan juga para investor ritel yang tengah menyiapkan masa depan. Pengalaman pandemi dan goncangan ekonomi yang baru saja dilewati membuat setiap orang lebih waspada.
Hal ini pun membuat kesadaran akan investasi hingga asuransi pun meningkat, untuk menjaga aset dan mencapai tujuan keuangan masa depan.
